Film Taiwan.
Sebenarnya film ini biasa
saja, masih banyak film asia lain yang lebih bagus. Tapi entah kenapa, karena
malam ini saya sedang tidak ada aktivitas, jadi saya mau bercerita.
Tidak sengaja saya lihat film ini di flashdiscnya @dhiranistia yang sedang saya pinjam. Iseng. Saya pun menontonnya.
Film ini bercerita
tentang persahabatan dan cinta. (standard banget kan?)
Empat orang laki-laki
yang naksir satu orang gadis teman sekelasnya di SMA, namanya Chiayi. Chiayi
ini gadis pintar yang kemudian diam-diam naksir temannya, Chingteng (namanya
aneh!), yang sangat kekanak-kanakan dan mesum.
Banyak adegan-adegan
tentang mereka berdua, semacam: Chiayi memaksa Chingteng untuk mau belajar
hingga akhirnya mereka lulus dan berpisah kota karena berbeda tempat kuliah.
Sebenarnya mereka ini
saling suka tapi entah kenapa si Chiayi tidak mau berpacaran dengan Chingteng
dengan alasan masa-masa PDKT itu lebih menyenangkan. Maksudnya barangkali ya...
PDKT aja terus-terusan nggak usah pacaran.
Meski agak bengal,
aslinya Chingteng baik banget ke Chiayi.
Astagaaaa... kenapa gaya
ceritaku random banget gini?? Males ah nerusin cerita.
Tonton sendiri aja
filmnya :p
Eh, best part menurut
saya adalah endingnya J
Sama sekali bukan happy
ending seperti film-film cinta pada umumnya. Diawal saya mikir, alaaah ini
paling film standard, ntar jadinya Chingteng nikah sama Chiayi.
Ternyata tidaak..
Padahal mereka saling
cinta.
Tapi mungkin karena
Chiayi terlalu dewasa sedangkan Chingteng terlalu kekanak-kanakan jadi mereka
tidak bisa bersama. Kadang cinta saja tidak bisa, kan ya?
Percakapan mereka berdua
terkadang secara implisit bermakna dalam,
Misalnya,
Chingteng : “Belajar
benar-benar menyebalkan”
Chiayi: “Mangkanya, orang
yang bisa belajar itu hebat”
Gini deh, belajar itu
punya arti luas kan ya? Bukan cuma sekolah.
Jadi, memang orang-orang yang mau
belajar pastilah orang-orang yang hebat. Belajar lewat apa pun, siapa pun dan
bagaimana pun.
Daaan, buanyak banget
adegan konyol nan maha-random dan gak jelas blas!
Sempat si Chingteng ini
mendapat nilai ujian bagus, gurunya bilang, “waah akhir-akhir ini giat ya?” Dan
Chingteng menjawab dengan muka datar: “Tidak kok, aku jenius”. Apa banget coba?
Lalu si Chiayi bilang
bahwa sifat kekanak-kanakan si Chingteng itu tidak ada gunanya. Padahal, menurut
saya, itu ada gunanya loh. Sekedar untuk menyeimbangkan kehidupan saja, terlalu
dewasa dan kaku terkadang tidak asyik, kan?
Dan adegan absurd lain
saat Chiayi menanyakan ke Chingteng tentang sebuah berita,
Chingteng hanya menjawab:
“Berita tentang aku ganteng sudah menjadi gosip ya?”. Apa banget (lagi) deh
ini?? >_<
Adegan lain, mereka sedang
jumat bersih (mungkin) nyapu-nyapu, mereka sudah kelas 3.
Kemudian Chiayi bertanya:
“kamu tidak les?”
dan Chingteng menjawab:
“Les kentut”.
Plis banget film ini
memang keterlaluan absurdnya!
Seriusan, film ini
buanyak banget adegan nggak jelas dan agak menjijikkan malah. Jadi Si Chingteng
ini suka nonton film bokep sama teman-temannya dan nggak suka pake baju kalo di
rumah. *eits, tentu saja di sensor ya!*
Malam-malam naik sepeda
kehujanan, tiba-tiba Chingteng ke barber shop dan tanpa basa-basi dia bilang:
“aku ingin potong gundul
yang ganteng”.
-_____-
Tapi si Chingteng sempat
juga menjadi normal, ketika dia dan teman-temannya dihukum karena dituduh
mencuri uang kas.
“Tidak seperti tes,
setiap soal yang rumit pasti ada jawabannya.
Dalam kehidupan nyata,
ada beberapa hal yang tidak ada jawabannya”.
Atau saat Liburan
dipantai, Chingteng bilang cita-citanya ingin menjadi orang yang hebat,
“membuat dunia ini berubah karena ada aku, meskipun hanya sedikit."
Mulia sekali kan
cita-citanya?
Meski dalam hati si
Chingteng menambahkan buat Chiayi “Dan kamu adalah satu-satunya orang yang akan
membuat duniaku lebih baik”. Manis sekali.
Sayangnya Chingteng
terlalu pengecut untuk mengungkapkannya.
Tapi si Chingteng tipikal lelaki yang baik,
pas Chiayi gagal ujian masuk kampus favorit dan menangis, si Chingteng hanya
duduk diam di sampingnya. Ya kadang perempuan saat sedang terlalu emosional
memang tidak butuh kata-kata, hanya butuh dia hadir dan diam saja.
Saat suatu malam si
Chingteng berkelahi lalu si Chiayi marah-marah dan si Chingteng bilang:
“Dalam menuju dewasa, hal
yang paling kejam adalah perempuan selalu lebih dewasa dari laki-laki
seumurnya. Kedewasaan seorang perempuan, tidak ada satupun laki-laki yang bisa
menampungnya.”
Masak sih? Tapi mungkin
iya sih ya, saya pribadi lebih memilih laki-laki yang lebih tua dari pada lebih
muda. Hahahaha XD
Lama-lama si Chingteng
ini kasihan banget nasibnya, pas si Chiayi menikah lalu dia datang bersama
teman-teman SMA-nya.
Kemudian ketika menunggu
pengantinnya keluar, dia bilang ke temannya:
“kamu tidak mengerti,
kalu kamu sangat menyukai seorang wanita, kamu akan tahu, untuk mendoakan dia
bahagia menikah dengan orang lain adalah selamanya hhal yang tidak mungkin.”
Bagian ini saya tidak
setuju,
Bagaimanapun juga, menurut saya:
Mencintai = Belajar
mengikhlaskan hati.
Jika ternyata dia lebih
bahagia bersama yang lain, maka (secara teori) harusnya kita berlapang dada
mendokaan segala yang terbaik untuknya.
Eh, beberapa menit kemudian, saat melihat Chiayi
berjalan bersama suaminya, Chingteng meralat ucapannya. Dia bilang:
“Aku salah. Ternyata,
ketika kamu sangat-sangat menyukai seorang wanita, ketika ada seseorang yang
mengasihinya, mencintainya, maka kamu kan benar-benar dari hati yang paling
dalam mendoakan dia ... bahagia selamanya.”
So sweet s’kali :3
See, pada akhirnya, tidak
semua cinta itu harus bersama.
Menurut saya, tak hanya
di film, tapi juga di dunia nyata, bahwa cerita yang disiapkan Tuhan itu pasti
lebih indah dari apa yang kita sangka.
Mungkin, jika
(na’udzubillah) saya menyukai seseorang lalu orang itu menikah, saya pasti akan
mendoakannya. Karena bagaimanapun juga, setinggi-tingginya ungkapan cinta
adalah lewat do’a.
Meski endingnya Chingteng
tidak menikahi Chiayi tapi bagaimana pun juga saya salut dengan sosok Chingteng
yang sanggup menyukai orang hingga sepuluh tahun. Setidaknya dia berusaha.
Detik-detik ketika Chiayi menikah, Chingteng ingat Chiayi pernah berkata:
“Tidak semua usaha ada hasilnya”.
Ya, saya setuju.
Setidaknya (untuk segala hal) berusahalah dulu! Jika nanti endingnya tidak
seperti maumu, percayalah sebenarnya ending seperti itulah yang kau butuh.
NB: Judul film ini
diambil dari kalimat yang ada di kaos yang dilukis oleh Chingteng lalu
diberikan kepada Chiayi. Dan ini film 17+, berhubung usia saya sudah 17+5 jadi
tak apa.. :p
'Happy ending' |
udah nonton. bagus parah ni film, cinta memang ga harus memiliki. scene yang gw suka itu pas di balon pengharapan romantis bgt.
BalasHapusOh asmaraaa
BalasHapus