Kamis, 04 Oktober 2012

You Are The Apple of My Eye

Film Taiwan.


Sebenarnya film ini biasa saja, masih banyak film asia lain yang lebih bagus. Tapi entah kenapa, karena malam ini saya sedang tidak ada aktivitas, jadi saya mau bercerita.

Tidak sengaja saya lihat film ini di flashdiscnya @dhiranistia yang sedang saya pinjam. Iseng. Saya pun menontonnya.


Film ini bercerita tentang persahabatan dan cinta. (standard banget kan?)



Empat orang laki-laki yang naksir satu orang gadis teman sekelasnya di SMA, namanya Chiayi. Chiayi ini gadis pintar yang kemudian diam-diam naksir temannya, Chingteng (namanya aneh!), yang sangat kekanak-kanakan dan mesum.



Banyak adegan-adegan tentang mereka berdua, semacam: Chiayi memaksa Chingteng untuk mau belajar hingga akhirnya mereka lulus dan berpisah kota karena berbeda tempat kuliah.

Sebenarnya mereka ini saling suka tapi entah kenapa si Chiayi tidak mau berpacaran dengan Chingteng dengan alasan masa-masa PDKT itu lebih menyenangkan. Maksudnya barangkali ya... PDKT aja terus-terusan nggak usah pacaran.

Meski agak bengal, aslinya Chingteng baik banget ke Chiayi.

Astagaaaa... kenapa gaya ceritaku random banget gini?? Males ah nerusin cerita.


Tonton sendiri aja filmnya :p



Eh, best part menurut saya adalah endingnya J

Sama sekali bukan happy ending seperti film-film cinta pada umumnya. Diawal saya mikir, alaaah ini paling film standard, ntar jadinya Chingteng nikah sama Chiayi.

Ternyata tidaak..

Padahal mereka saling cinta.

Tapi mungkin karena Chiayi terlalu dewasa sedangkan Chingteng terlalu kekanak-kanakan jadi mereka tidak bisa bersama. Kadang cinta saja tidak bisa, kan ya?

Percakapan mereka berdua terkadang secara implisit bermakna dalam,

Misalnya,
Chingteng : “Belajar benar-benar menyebalkan”
Chiayi: “Mangkanya, orang yang bisa belajar itu hebat”

Gini deh, belajar itu punya arti luas kan ya? Bukan cuma sekolah. 
Jadi, memang orang-orang yang mau belajar pastilah orang-orang yang hebat. Belajar lewat apa pun, siapa pun dan bagaimana pun.





Daaan, buanyak banget adegan konyol nan maha-random dan gak jelas blas!

Sempat si Chingteng ini mendapat nilai ujian bagus, gurunya bilang, “waah akhir-akhir ini giat ya?” Dan Chingteng menjawab dengan muka datar: “Tidak kok, aku jenius”. Apa banget coba?


Lalu si Chiayi bilang bahwa sifat kekanak-kanakan si Chingteng itu tidak ada gunanya. Padahal, menurut saya, itu ada gunanya loh. Sekedar untuk menyeimbangkan kehidupan saja, terlalu dewasa dan kaku terkadang tidak asyik, kan?

Dan adegan absurd lain saat Chiayi menanyakan ke Chingteng tentang sebuah berita,
Chingteng hanya menjawab: “Berita tentang aku ganteng sudah menjadi gosip ya?”. Apa banget (lagi) deh ini?? >_<


Adegan lain, mereka sedang jumat bersih (mungkin) nyapu-nyapu, mereka sudah kelas 3.
Kemudian Chiayi bertanya: “kamu tidak les?”
dan Chingteng menjawab: “Les kentut”.


Plis banget film ini memang keterlaluan absurdnya!


Seriusan, film ini buanyak banget adegan nggak jelas dan agak menjijikkan malah. Jadi Si Chingteng ini suka nonton film bokep sama teman-temannya dan nggak suka pake baju kalo di rumah. *eits, tentu saja di sensor ya!*


Malam-malam naik sepeda kehujanan, tiba-tiba Chingteng ke barber shop dan tanpa basa-basi dia bilang:
“aku ingin potong gundul yang ganteng”.
-_____-


Tapi si Chingteng sempat juga menjadi normal, ketika dia dan teman-temannya dihukum karena dituduh mencuri uang kas.

“Tidak seperti tes, setiap soal yang rumit pasti ada jawabannya.
Dalam kehidupan nyata, ada beberapa hal yang tidak ada jawabannya”.

Atau saat Liburan dipantai, Chingteng bilang cita-citanya ingin menjadi orang yang hebat, “membuat dunia ini berubah karena ada aku, meskipun hanya sedikit."

Mulia sekali kan cita-citanya?



Meski dalam hati si Chingteng menambahkan buat Chiayi “Dan kamu adalah satu-satunya orang yang akan membuat duniaku lebih baik”. Manis sekali.


Sayangnya Chingteng terlalu pengecut untuk mengungkapkannya.

Tapi si Chingteng tipikal lelaki yang baik, pas Chiayi gagal ujian masuk kampus favorit dan menangis, si Chingteng hanya duduk diam di sampingnya. Ya kadang perempuan saat sedang terlalu emosional memang tidak butuh kata-kata, hanya butuh dia hadir dan diam saja.




Saat suatu malam si Chingteng berkelahi lalu si Chiayi marah-marah dan si Chingteng bilang:
“Dalam menuju dewasa, hal yang paling kejam adalah perempuan selalu lebih dewasa dari laki-laki seumurnya. Kedewasaan seorang perempuan, tidak ada satupun laki-laki yang bisa menampungnya.”
Masak sih? Tapi mungkin iya sih ya, saya pribadi lebih memilih laki-laki yang lebih tua dari pada lebih muda. Hahahaha XD


Lama-lama si Chingteng ini kasihan banget nasibnya, pas si Chiayi menikah lalu dia datang bersama teman-teman SMA-nya.

Kemudian ketika menunggu pengantinnya keluar, dia bilang ke temannya:
“kamu tidak mengerti, kalu kamu sangat menyukai seorang wanita, kamu akan tahu, untuk mendoakan dia bahagia menikah dengan orang lain adalah selamanya hhal yang tidak mungkin.”

Bagian ini saya tidak setuju,
Bagaimanapun juga, menurut saya:
Mencintai = Belajar mengikhlaskan hati.

Jika ternyata dia lebih bahagia bersama yang lain, maka (secara teori) harusnya kita berlapang dada mendokaan segala yang terbaik untuknya.

 Eh, beberapa menit kemudian, saat melihat Chiayi berjalan bersama suaminya, Chingteng meralat ucapannya. Dia bilang:

“Aku salah. Ternyata, ketika kamu sangat-sangat menyukai seorang wanita, ketika ada seseorang yang mengasihinya, mencintainya, maka kamu kan benar-benar dari hati yang paling dalam mendoakan dia ... bahagia selamanya.”

So sweet s’kali :3

See, pada akhirnya, tidak semua cinta itu harus bersama.

Menurut saya, tak hanya di film, tapi juga di dunia nyata, bahwa cerita yang disiapkan Tuhan itu pasti lebih indah dari apa yang kita sangka.

Mungkin, jika (na’udzubillah) saya menyukai seseorang lalu orang itu menikah, saya pasti akan mendoakannya. Karena bagaimanapun juga, setinggi-tingginya ungkapan cinta adalah lewat do’a.

Meski endingnya Chingteng tidak menikahi Chiayi tapi bagaimana pun juga saya salut dengan sosok Chingteng yang sanggup menyukai orang hingga sepuluh tahun. Setidaknya dia berusaha. Detik-detik ketika Chiayi menikah, Chingteng ingat Chiayi pernah berkata: “Tidak semua usaha ada hasilnya”.

Ya, saya setuju. Setidaknya (untuk segala hal) berusahalah dulu! Jika nanti endingnya tidak seperti maumu, percayalah sebenarnya ending seperti itulah yang kau butuh.


NB: Judul film ini diambil dari kalimat yang ada di kaos yang dilukis oleh Chingteng lalu diberikan kepada Chiayi. Dan ini film 17+, berhubung usia saya sudah 17+5 jadi tak apa.. :p






'Happy ending'






2 komentar:

  1. udah nonton. bagus parah ni film, cinta memang ga harus memiliki. scene yang gw suka itu pas di balon pengharapan romantis bgt.

    BalasHapus

...aku

Foto saya
Gresik, Jawa Timur, Indonesia
ex-mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga