Selasa, 17 April 2012

Lennaert Maes


Kemarin aku berkesempatan lihat konsernya. Semacam refreshing sejenak dari dunia perskripsian yang tak kunjung usai.

Lennaert Maes adalah seorang musisi yang berasal dari Belgia. Selain penulis lagu, dia juga pemain kabaret dan pernah memeroleh sebuah penghargaan di festival kabaret Leiden, salah satu festival humor terbesar di Belanda.

Lennaert sedang tur keliling Indonesia. Kata poster, selain di Surabaya, dia juga konser di Auditorium Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia, Kampus Unika Soegijapranata Semarang dan Lembaga Indonesia Perancis di Yogyakarta.

Tujuan turnya? Allahu a’lam, aku juga nggak tau.

Jadi ceritanya, beberapa waktu yang lalu, ada temen yang punya dua tiket konsernya si Lennaert (susah banget ya namanya), tapi dia nggak bisa karena ada urusan keluar kota, jadi tiketnya dikasih ke aku, satunya ke temenku.


Maka, tadi malam aku datang ke konsernya di Hall Mahameru, jalan Diponegoro. Aku datang bersama salah seorang teman, temanku ini punya obsesi nikah sama bule biar ntar punya anak lucu katanya. Ha ha ha. Cita-cita yang unik. Makanya dia antusias sekali kalo datang ke acara yang ada bule-bulenya kayak kemarin.

Sekitar jam 19.00 WIB kami berangkat. Sampai sana ternyata tempatnya tidak seperti konser yang aku bayangin. Kursi-kursi rapi dan panggungnya menurutku lebih cocok buat pelaminan orang nikahan 

dan para tamu yang datang berpakaian formal. Para pria berkemeja batik, para wanita bergaun. Ngikkk.. Tampak beberapa bule dan orang etnis cina juga mendominasi. Perwakilan dari konsulat jenderal negara-negara asing pun ada.

Ealah, salah kostum. Bayangin aja, aku datang bercelana jeans, t-shirt pendek dan cardigan berbahan kaos pula dan jilbab seadanya. Temenku juga, dia berkemeja gombrong, celana pendek dan sepatu keds. Udah berasa kayak mau datang ke kosernya Sheila on 7 aja kita. Yak, bodoh amat. Toh, setelah hunting-hunting ada juga kok mas-mas yang berkaos oblong.

Kami duduk di barisan kedua, karena barisan pertama khusus undangan nampaknya, karena kursinya warna silver sedangkan yang lain warna merah marun. Beberapa saat setelah aku duduk, si Lennaert duduk tepat di depan kami.

Ternyata, ganteng. *aku normal, jeh*


Heran ya, kenapa bule-bule semacam pemain film-film gitu kok pada cakep-cakep?  Meski tetep aja, kalo disuruh nikah sama dia aku ya gak bakal mau. Paling disuruh baca do’a iftitah aja dia gak bisa. Ha ha ha. Dianya juga gak bakal mau sama aku.

Lennaert adalah orang Belgia, dan setahuku, orang belgia sebagian berbicara perancis dan sebagian belanda. Ternyata dia berbahasa belanda.

Pertama kali masuk ke ruangan, setiap tamu diberi beberapa lembar kertas berisi lirik-lirik lagu yang akan dibawakan. Pas tak baca, yah berbahasa belanda 100%. Buset, mana eike paham, chyyiint? –.—“

Menurutku, musik adalah bahasa universal.
Bisa dinikmati meskti tak mengerti lirilknya.

Jadi, seandainya ada yang ngasih aku tiket konsernya Super Junior pun pasti tak terima meski aku nggak ngerti bahasa Korea sama sekali. #ngarep

Setelah sambutan dari seorang bapak-bapak Bule akhirnya konser dimulai.

Meski nggak ngerti dia nyanyi apa tapi musiknya cukup asyik. Pernah tau alat musik Mandolin? Kemarin dia juga diiringi alat musik mirip gitar yang lonjong itu.

Lennaert cukup atraktif. Sepertinya dia melontarkan banyak guyonan-guyonan karena banyak yang ketawa. Aku? Krik.. krik.. krik.. Orang nggak ngerti kok. Namun ketidakpahaman akan bahasanya dapat ditutupi oleh irama yang meriah.

Di sebelah kananku duduk seseorang bapak yang cukup sepuh. Dari sapaan beberapa orang, beliau adalah professor. Wuzz. Sayangnya saya tak berani ngajak bicara. Disebelah kiri temanku, ada bapak-bapak berwajah ambon dan cece-cece china yang kayaknya ngerti banget Belanda. Pas si Lennaert duduk di depan kami, si bapak ambon itu ngajak ngobrol-ngobrol gitu soalnya. Orang-orang ambon emang jago belanda.

Entah si Lennaert membawakan berapa lagu. Terakhir, dia bahkan bernyanyi dan mengajak beberapa tamu ke panggung menyanyikan dan menari Poco-poco tapi dengan lirik bahasa belanda.

Dia sebenernya main gitarnya biasa aja menurutku. (Padahal aku gak bisa main gitar sama sekali), tapi aku suka lihat temannya main biola. Keren!

Jam setengah 10, acara selesai. Klappertaartnya lumayan enak. Risolesnya juga. (malah bahas snack).

Eh,
Ada sesuatu yang menarik.
Pas pulang, temanku bercerita tentang mamanya yang terlalu baik dan sering ditipu teman-temannya.  Temanku ini berasal dari keluarga Katolik tapi nasehat mamanya ke dia cukup dalam menurutku. Jadi pas temanku ini marah-marah karena emosi mamanya ditipu tapi diam aja, si mama bilang:
“kalo kamu dijahatin orang, lalu kamu membalasnya, apa bedanya kamu sama mereka? Biar Tuhan yang balas”.
#jleb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

...aku

Foto saya
Gresik, Jawa Timur, Indonesia
ex-mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga