Kemarin aku berkesempatan lihat konsernya. Semacam
refreshing sejenak dari dunia perskripsian yang tak kunjung usai.
Lennaert Maes adalah seorang musisi yang berasal dari
Belgia. Selain penulis lagu, dia juga pemain kabaret dan pernah memeroleh
sebuah penghargaan di festival kabaret Leiden, salah satu festival humor
terbesar di Belanda.
Lennaert sedang tur keliling Indonesia. Kata poster, selain
di Surabaya, dia juga konser di Auditorium Pusat Studi Jepang Universitas
Indonesia, Kampus Unika Soegijapranata Semarang dan Lembaga Indonesia Perancis di Yogyakarta.
Tujuan turnya? Allahu a’lam, aku juga nggak tau.
Jadi ceritanya, beberapa waktu yang lalu, ada temen yang punya
dua tiket konsernya si Lennaert (susah banget ya namanya), tapi dia nggak bisa
karena ada urusan keluar kota, jadi tiketnya dikasih ke aku, satunya ke temenku.
Maka, tadi malam aku datang ke konsernya di Hall Mahameru,
jalan Diponegoro. Aku datang bersama salah seorang teman, temanku ini punya
obsesi nikah sama bule biar ntar punya anak lucu katanya. Ha ha ha. Cita-cita
yang unik. Makanya dia antusias sekali kalo datang ke acara yang ada
bule-bulenya kayak kemarin.
Sekitar jam 19.00 WIB kami berangkat. Sampai sana ternyata
tempatnya tidak seperti konser yang aku bayangin. Kursi-kursi rapi dan
panggungnya menurutku lebih cocok buat pelaminan orang nikahan
dan para tamu
yang datang berpakaian formal. Para pria berkemeja batik, para wanita bergaun.
Ngikkk.. Tampak beberapa bule dan orang etnis cina juga mendominasi. Perwakilan
dari konsulat jenderal negara-negara asing pun ada.
Ealah, salah kostum. Bayangin aja, aku datang bercelana
jeans, t-shirt pendek dan cardigan berbahan kaos pula dan jilbab seadanya.
Temenku juga, dia berkemeja gombrong, celana pendek dan sepatu keds. Udah
berasa kayak mau datang ke kosernya Sheila on 7 aja kita. Yak, bodoh amat. Toh,
setelah hunting-hunting ada juga kok mas-mas yang berkaos oblong.
Kami duduk di barisan kedua, karena barisan pertama khusus
undangan nampaknya, karena kursinya warna silver sedangkan yang lain warna
merah marun. Beberapa saat setelah aku duduk, si Lennaert duduk tepat di depan
kami.
Ternyata, ganteng. *aku normal, jeh*
Heran ya, kenapa bule-bule semacam pemain film-film gitu kok
pada cakep-cakep? Meski tetep aja, kalo
disuruh nikah sama dia aku ya gak bakal mau. Paling disuruh baca do’a iftitah
aja dia gak bisa. Ha ha ha. Dianya juga gak bakal mau sama aku.
Lennaert adalah orang Belgia, dan setahuku, orang belgia
sebagian berbicara perancis dan sebagian belanda. Ternyata dia berbahasa
belanda.
Pertama kali masuk ke ruangan, setiap tamu diberi beberapa
lembar kertas berisi lirik-lirik lagu yang akan dibawakan. Pas tak baca, yah
berbahasa belanda 100%. Buset, mana eike paham, chyyiint? –.—“
Menurutku, musik adalah bahasa universal.
Bisa dinikmati meskti tak mengerti lirilknya.
Jadi, seandainya ada yang ngasih aku tiket konsernya Super
Junior pun pasti tak terima meski aku nggak ngerti bahasa Korea sama sekali. #ngarep
Setelah sambutan dari seorang bapak-bapak Bule akhirnya
konser dimulai.
Meski nggak ngerti dia nyanyi apa tapi musiknya cukup asyik.
Pernah tau alat musik Mandolin? Kemarin dia juga diiringi alat musik mirip
gitar yang lonjong itu.
Lennaert cukup atraktif. Sepertinya dia melontarkan banyak
guyonan-guyonan karena banyak yang ketawa. Aku? Krik.. krik.. krik.. Orang
nggak ngerti kok. Namun ketidakpahaman akan bahasanya dapat ditutupi oleh irama
yang meriah.
Di sebelah kananku duduk seseorang bapak yang cukup sepuh.
Dari sapaan beberapa orang, beliau adalah professor. Wuzz. Sayangnya saya tak
berani ngajak bicara. Disebelah kiri temanku, ada bapak-bapak berwajah ambon
dan cece-cece china yang kayaknya ngerti banget Belanda. Pas si Lennaert duduk
di depan kami, si bapak ambon itu ngajak ngobrol-ngobrol gitu soalnya.
Orang-orang ambon emang jago belanda.
Entah si Lennaert membawakan berapa lagu. Terakhir, dia
bahkan bernyanyi dan mengajak beberapa tamu ke panggung menyanyikan dan menari
Poco-poco tapi dengan lirik bahasa belanda.
Dia sebenernya main gitarnya biasa aja menurutku. (Padahal
aku gak bisa main gitar sama sekali), tapi aku suka lihat temannya main biola.
Keren!
Jam setengah 10, acara selesai. Klappertaartnya lumayan
enak. Risolesnya juga. (malah bahas snack).
Eh,
Ada sesuatu yang menarik.
Pas pulang, temanku bercerita tentang mamanya yang terlalu
baik dan sering ditipu teman-temannya. Temanku
ini berasal dari keluarga Katolik tapi nasehat mamanya ke dia cukup dalam
menurutku. Jadi pas temanku ini marah-marah karena emosi mamanya ditipu tapi
diam aja, si mama bilang:
“kalo kamu dijahatin orang, lalu kamu membalasnya, apa
bedanya kamu sama mereka? Biar Tuhan yang balas”.
#jleb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar