Sabtu, 03 November 2012

Kematian

Apa pun yang hidup pasti akan mati.
Pasti.
Tapi entah kapan kematian itu akan menghampiri,
aku, kamu, semuanya.


Dua hari yang lalu, tanggal 1 November 2012 siang hari, saudara saya Niah sms, bilang kalo Mas Wawan, suaminya Mbak nanik, meninggal. Mbak Nanik ini anggota keluarga besar Ayah di Sragen.
Agak kaget sebenarnya karena mas wawan ini masih muda. Anaknya tiga, adek Ariq, adek Sekar dan adek Awang yang bungsu dan usianya baru 3 bulan kalo nggak salah.

Dulu, Mbak Nanik layaknya keluarga besar Sragen lainnya yang kurang begitu akrab. Maklum, kami hanya bertemu di saat Idul Fitri, saat ada arisan keluarga atau pas ada acara keluarga lainnya.

Tapi, pas liburan semester lima dulu, aku dan Niah liburan ke rumah Mbak Nanik di daerah Bintaro - Tangerang.
Waktu itu kami naik kereta dari stasiun Pasar Turi Surabaya.
Mbak Nanik dan Mas Wawan ini baiik banget.
Pagi-pagi belum mandi sudah jemput kami di stasiun Gambir Jakarta.

Selama di sana, Mbak Nanik dan keluarganya memperlakukan kami benar-benar dengan rasa kekeluargaan yang tinggi.
Kami diajak muter-muter Jakarta pas weekend.
Diajak makan di sana sini.
Ke TMII, dan mana mana lainnya.

Pas Mbak Nanik dan Mas Wawan harus masuk kerja, aku dan Nia diantar ke halte busway terdekat lalu kami keliaran sendiri ke Dufan dan sorenya sepulang kerja, Mas Wawan jemput kami di Ancol. Baik banget kan?

Bahkan ketika trip Jakarta-ku dan Nia berakhir, Mbak Nanik ngasih kami tiket bus patas gratisan karena kami akan menuju lokasi trip selanjutnya: Purworejo, ke anggota keluarga Sragen yang lainnya. dan mengantar langsung ke tempat busnya.

Barangkali cerita dulu itu menjadi kenangan untuk mengingat kebaikan Mas Wawan yang sekarang telah tiada.
Beliau wafat di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita karena masalah pada jantungnya.
Kemudian dimakamkan di Magetan.
Ayah dan beberapa keluarga Sragen yang tinggal di Gresik-Surabaya datang melayat ke sana.

Banyak hal yang kemudian saya pikirkan.
Setidaknya itu menjadi pelajaran bagi kita semua yang masih hidup agar senantiasa menjaga kesehatan jantung kita. Banyak-banyaklah olahraga, jangan merokok!

Lalu saya membayangkan, bagaimana nanti perkembangan psikologis adek-adek yang tumbuh tanpa sosok Papa di samping mereka.
Bagaimana nanti Mbak nanik harus bekerja membanting tulang agar anak-anaknya memperoleh kehidupan dan pendidikan yang terbaik.
Bagaimana nanti Mbak Nanik akan menjalani hari-harinya seorang diri menjadi single parent, merangkap tugas sebagai Mama dan Papa untuk ketiga anaknya.

Aaah, nampak sangat berat, ya?
Tapi semoga Mbak Nanik diberi Allah kekuatan dan kesabaran yang luar biasa.
Dia bukan wanita biasa.
Dia wanita yang tangguh.
Pasti Allah memilihnya karena Allah Tahu, Mbak Nanik adalah wanita hebat yang akan menjalani hidupnya nanti dengan tabah dan bahagia.
Allah Mengerti, Mbak Nanik akan lulus ujian ini.
Pasti ada hikmah di balik ini semua.
Semoga.

selamat jalan Mas Wawan.
semoga berada di tempat terbaik di sisi-Nya.


Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un..
Apa-apa yang datang dari-Nya, nanti pun akan kembali kepada-Nya.
Segala yang ada di dunia ini hanya titipan-Nya.
Kelak, ketika kita mati, tak ada yang bisa kita bawa selain kafan putih.



Mas Wawan (alm) dan Mbak Nanik












Aku dan Nia.. ini fotografernya Mbak nanik

Aku dan Mbak nanik

adek Ariq



adek Sekar

adek Awang











Tidak ada komentar:

Posting Komentar

...aku

Foto saya
Gresik, Jawa Timur, Indonesia
ex-mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga